Aku Membencimu (1/2)
Monday, 18 February 2013 @ 05:50
Aku
membencimu. Aku benci akan sifatmu. Yang sebenarnya terlalu manis untukku. Aku
benci senyummu, yang aku tau itu berasal dari lubuk hatimu. Aku benci dirimu,
yang selalu saja setiap waktu tak pernah lepas dari otakku. Aku benci namamu,
yang selalu kusebut disetiap hela nafasku. Aku benci wajahmu, yang
selalu ada dan tak pernah hilang dari fikiranku. Aku membencimu. Ya, aku membencimu. Karena pesonamu, yang seakan terlalu sulit untuk kuterima. Aku mebencimu karena kau terlalu sulit untuk kuraih, terlalu sulit untuk kugenggam, terlalu sulit untuk kugapai. Aku benci akan dirimu yang selalu menatapku lurus namun enggan sedikitpun menyunggikan senyummu untukku. Aku benci dirimu yang selalu tersenyum saat melihat kebodohan yang kulakukan tanpa pernah aku menyadarinya. Aku membencimu yang bahkan kadang menatapku pun tidak. Aku membencimu, aku sangat membencimu. Aku membencimu saat kau bisa membuatku terpukau oleh permainanmu, aku membencimu saat kau bisa membuatku tersenyum hanya karena melihatmu, aku membencimu saat aku merasa kecewa saat aku tak bisa menemukanmu dalam pandanganku. Sekali lagi, aku membencimu. Sangat amat membencimu. Aku benci saat kau berkata “hallo” dan entah kenapa itu bisa membuatku tersenyum. Aku benci saat orang lain bercerita tentangmu dan entah kenapa aku ingin terus menerus mendengarnya tanpa henti. Aku benci saat tatapan mataku beradu pandang denganmu dan aku hanya bisa terdiam, menatap tanah yang seakan terlalu penting untuk kuperhatian, sementara kau tetap menatapku lekat hingga kita berlalu begitu saja ditengah keramaian. Aku benci saat orang lain menghubung-hubungkanku denganmu sementara aku hanya bisa tersenyum geli mendengarnya. aku benci saat aku hanya bisa memperhatikanmu dari jauh tanpa bisa menegurmu. Aku benci semua itu, ya aku benci kau.
selalu ada dan tak pernah hilang dari fikiranku. Aku membencimu. Ya, aku membencimu. Karena pesonamu, yang seakan terlalu sulit untuk kuterima. Aku mebencimu karena kau terlalu sulit untuk kuraih, terlalu sulit untuk kugenggam, terlalu sulit untuk kugapai. Aku benci akan dirimu yang selalu menatapku lurus namun enggan sedikitpun menyunggikan senyummu untukku. Aku benci dirimu yang selalu tersenyum saat melihat kebodohan yang kulakukan tanpa pernah aku menyadarinya. Aku membencimu yang bahkan kadang menatapku pun tidak. Aku membencimu, aku sangat membencimu. Aku membencimu saat kau bisa membuatku terpukau oleh permainanmu, aku membencimu saat kau bisa membuatku tersenyum hanya karena melihatmu, aku membencimu saat aku merasa kecewa saat aku tak bisa menemukanmu dalam pandanganku. Sekali lagi, aku membencimu. Sangat amat membencimu. Aku benci saat kau berkata “hallo” dan entah kenapa itu bisa membuatku tersenyum. Aku benci saat orang lain bercerita tentangmu dan entah kenapa aku ingin terus menerus mendengarnya tanpa henti. Aku benci saat tatapan mataku beradu pandang denganmu dan aku hanya bisa terdiam, menatap tanah yang seakan terlalu penting untuk kuperhatian, sementara kau tetap menatapku lekat hingga kita berlalu begitu saja ditengah keramaian. Aku benci saat orang lain menghubung-hubungkanku denganmu sementara aku hanya bisa tersenyum geli mendengarnya. aku benci saat aku hanya bisa memperhatikanmu dari jauh tanpa bisa menegurmu. Aku benci semua itu, ya aku benci kau.
Aku
benci saat aku menemukan namamu tak peduli dimana dan entah mengapa pikiranku
langsung mengarah padamu. Otakku mulai bekerja membuat bayanganmu, melukiskan
namamu dihatiku, dan membuatmu seakan selalu menghantuiku. Aku benci saat kau
bisa membuatku tertawa hanya karena jokes mu yang ringan namun hangat dan aku
menyukainya.
Aku
benci saat dimanapun aku berada, apapun yang kulakukan dan aku hanya teringat
akan dirimu. Aku benci saat kau menyebut namaku dengan halus. Aku benci saat
aku harus mencuri pandang untuk memperhatikanmu. Aku benci saat tatapan kita
bertemu untuk sepersekian detik lalu baik aku dan kau dalam sedetik berikutnya
langsung memalingkan muka. Aku benci saat menyadari kau tak ada. Aku benci saat
aku harus berbohong jika aku mengagumimu. Aku benci saat melihat namamu di
inboxku dan itu membuatku tersenyum, selalu saja seperti itu. Aku benci saat
aku harus membutuhkan waktu lama untuk memilih milih kata yang tepat untuk
membalas pesanmu. Aku benci saat menunggu balasan pesan darimu. Aku benci semua itu.