Aku Membencimu (2/2)
Monday, 18 February 2013 @ 06:05
Ya, itu
kau. kaulah orang yang kubenci. Yang entah mengapa aku sendiri tersenyum dengan
kebencianku. Yang entah mengapa kebencian ini terasa begitu nikmat di hati.
Sadarkah kau, bahwa kau adalah orang yang paling kubenci? Sadarkah kau jika
selama ini sikapku selalu manampakkan kebencian padamu? Well, aku adalah orang
terdekatmu dan aku menyimpan rasa benci padamu. Itu menakjubkan bukan? Ah, bukannya kau tak peduli ya? Baiklah, anggap saja aku tak pernah
berkata seperti itu. Sebenarnya, aku
ini apa dimatamu? Temanmu kah? Atau hanya sebatas kenalanmu? Kau pernah bilang padaku bahwa aku ini temanmu bukan? Masihkah kau menganggapku seperti itu? Atau posisiku sudah hanya menjadi sebatas orang lain? Aku tak pernah berharap kau akan menganggapku lebih. Karena aku hanya ingin ada didekatmu. Aku hanya ingin kita normal. Aku ingin normal bukan berarti aku tidak normal. Aku hanya ingin kita bisa normal seperti pertemanan lainnya. Seperti saat kau menyapaku dan aku bisa tersenyum padamu. Bisakah? Aku ragu hal itu bisa terjadi. Karena kita sama-sama masih diliputi emosi yang tak jelas asalnya yang seakan menahan kita berdua untuk saling menyapa. Tapi disisi lain, kita berdua justru berada ditempat yang sangat dekat bukan. Aku heran dengan kita. Well, ini sungguh aneh kan saat aku sendiri heran dengan diriku? Apakah virus anehmu sudah tertancap padaku? Aku harap tidak. Karena virus anehmu hanya akan membuat anehku bertambah lagi. Hahaha, mungkin kau akan mendelik saat membaca tulisan ini ya kan? Aku yakin kau tidak suka kusebut aneh seperti ini. Maaf jika begitu, tapi asal kau tau saja bahwa aku menulis ini dengan hati yang paling jujur. Jadi semua yang aku tuliskan ini benar-benar bentuk perasaanku padamu. Hey, maaf saja ya aku tidak akan berbohong hanya untuk menjaga perasaanmu. No no, aku tidak akan pernah melakukan itu. jadi mulai sekarang mulailah mengerti bahwa kau ini sama anehnya denganku.
ini apa dimatamu? Temanmu kah? Atau hanya sebatas kenalanmu? Kau pernah bilang padaku bahwa aku ini temanmu bukan? Masihkah kau menganggapku seperti itu? Atau posisiku sudah hanya menjadi sebatas orang lain? Aku tak pernah berharap kau akan menganggapku lebih. Karena aku hanya ingin ada didekatmu. Aku hanya ingin kita normal. Aku ingin normal bukan berarti aku tidak normal. Aku hanya ingin kita bisa normal seperti pertemanan lainnya. Seperti saat kau menyapaku dan aku bisa tersenyum padamu. Bisakah? Aku ragu hal itu bisa terjadi. Karena kita sama-sama masih diliputi emosi yang tak jelas asalnya yang seakan menahan kita berdua untuk saling menyapa. Tapi disisi lain, kita berdua justru berada ditempat yang sangat dekat bukan. Aku heran dengan kita. Well, ini sungguh aneh kan saat aku sendiri heran dengan diriku? Apakah virus anehmu sudah tertancap padaku? Aku harap tidak. Karena virus anehmu hanya akan membuat anehku bertambah lagi. Hahaha, mungkin kau akan mendelik saat membaca tulisan ini ya kan? Aku yakin kau tidak suka kusebut aneh seperti ini. Maaf jika begitu, tapi asal kau tau saja bahwa aku menulis ini dengan hati yang paling jujur. Jadi semua yang aku tuliskan ini benar-benar bentuk perasaanku padamu. Hey, maaf saja ya aku tidak akan berbohong hanya untuk menjaga perasaanmu. No no, aku tidak akan pernah melakukan itu. jadi mulai sekarang mulailah mengerti bahwa kau ini sama anehnya denganku.
Sekali
lagi, secara jujur kukatakan aku membencimu. Jangan salahkan aku jika aku
membencimu. Karena memang pada kenyataanya seperti itu. Well, kejadian yang
direncanakan oleh teman-teman kita itu cukup membuat jarak membentang
diantara kita. Tapi aku tak pernah memikirkannya, bukankah itu hal yang biasa
untuk kita? Tapi pada kenyataanya aku justru tak bisa menghilangkan efek dari
keadian itu yang membuat kita hingga sekarang seperti ini. Diam, tanpa saling
tegur sapa. Haruskah aku minta maaf? Ini semua bukan salahku kan? Tapi mengapa
justru kau yang perlahan mulai menjauh dan menghilangkan jejak jejakmu di
hidupku? Apasih maumu itu? jadi kau ingin aku bersusah payah memikirkanmu
hingga menangisimu? Well, aku tidak akan sebodoh itu kau tau kan? Tapi secara
jujur aku katakan aku sempat sedih hanya karena kau mulai menjauhiku. Hey, ingat ya aku ini membencimu. Jadi semua yang kutulis disini
adalah rasa benciku terhadapmu. Jangan pernah kau berpikir macam-macam.
Statusmu dimataku tetaplah temanku. Tidak berubah dan aku harap tidak akan
pernah berubah menjadi lebih buruk. Terserah kaulah jika statusku nanti pada akhirnya berubah. Aku
sudah tidak peduli akan status. Aku hanya ingin kau tau bahwa aku ini peduli
padamu, dan aku tidak peduli seandainya nantipun aku hanyalah orang lewat
bagimu. Aku peduli ingat? Well, aku membencimu juga karena aku peduli padamu.
Aku rasa virus anehmu memang sudah benar-benar menular padaku. Hingga aku
membencimu hanya karena aku peduli padamu. Konyol sekali bukan? Tapi aku harus
mengakui aku sangat amat menikmati dikala aku membencimu. Karena aku membencimu
dengan kekagumanku.
Aku
membencimu. Tidak, sesungguhnya aku tidak membencimu. Sama sekali tidak
sedikitpun membencimu .aku mengagumimu Aku membencimu karena aku mengagumimu.
Dan aku benci melihat kenyataan bahwa aku mengagumimu. Bagaimanapun, aku
mengaggumimu. Entah apa yang kupikirkan hingga aku berani berkata aku
membencimu dengan alasan yang luar biasa konyolnya seperti itu. Sedetikpun, aku
tak pernah terpikir untuk membencimu.karena aku terlampau mengagumimu. Aku
tidak pernah bisa membencimu.